Friday, June 15, 2012

FF : Symphony Of The Bullet (Part 2 : Something Right)

Title : Symphony of The Bullet
Author : @emmyaoi
Genre : Straight, Drama, Romance
Type : Long Series, very long
Pairing : Find them out
Rating : PG
Disclaimer : I own only the plot
Author’s note : Okay, are you sureprise that this entry wasn't casted by BIG BANG member? Well, it somehow like a request from my beloved dongsaeng Rinda and Icha who wanted to be paired up with Choi Minho and Kim Hyungjun. So I just write this fic and for me too, cause I adore Kim HyunJoong a lot. He's handsome, isn't he? Here we go the second part of SOTB :)

=======================================

(Hyejin’s Point Of View)

Menunggu bus membuatku frustasi, aku nyaris saja mengoyak lepas ujung sweaterku dengan kuku dan gigitan. Seharian ini aku cukup sibuk mengurusi para juniorku yang manis. Untung saja aku bukan tipe yang akan menelan mereka hidup-hidup kalau mereka melanggar peraturan bahkan di hari pertama mereka menginjakkan kaki di Cheonsang.

Seragam sekolah masih melekat di tubuhku. Tak ada keringat sedikit pun, mengingat ini musim gugur dan aku suka dengan hal ini. Kegiatanku hari ini adalah latihan menari, tepatnya aku melakukan modern dance yang menyenangkan. Ini rutin. Aku sudah mengikutinya selama setahun belakangan. Bukan seperti trainee, hanya club tari, dan kami melakukan pertunjukkan setiap bulannya. Penghasilan tambahan dari pekerjaan ini lumayan juga. Terlebih lagi aku senang melakukannya.

Aku merasa ingin mencekik supir bus yang baru saja menepi di hadapanku. Menggerutu kecil ketika mendapat tempat di paling belakang. Bus hijau panjang ini melaju, membawa aku dan selusin lebih penumpang lainnya ke halte berikutnya.

Aku turun begitu sampai di sana, masih harus berjalan sekitar dua ratus meter menuju tempat latihan. Gedung tua yang agak usang di hadapanku itulah markas kesayanganku. Aku segera masuk dan melihat anggota lainnya telah siap dengan baju latihan mereka. Lima orang perempuan dan sekitar tujuh orang laki-laki. Mengenakan baju-baju hiphop warna-warni, dan beberapa menggunakan topi. Semua menatapku dengan wajah tanpa ekspresi. Hanya cengiran yang kutunjukkan.

“ Mian hae, yorobeun...” kataku sambil menunduk sembilan puluh derajat.

“ Yah, tidak apa-apa...” jawab pelatih kami, Hyukjae-sunbae, “ cepat ganti bajumu.”

Aku mengangguk dan segera bergegas ke ruang ganti. Memilih kaous berwarna biru tua yang dibelikan Onnie sebagai hadiah gajiannya bulan ini. Rambutku ku ikat kuat sehingga ikalnya yang hanya di ujung saja terlihat indah. Aku juga mengenakan celana skinny berwarna hitam dan kets putih yang kusimpan dalam ranselku.

Setelah siap aku segera berlari ke tempat teman-teman yang lain tengah melakukan pemanasan. Ruangan besar yang tadinya adalah stadion basket itu dipenuhi suara dentuman lagu hiphop. Hyukjae-sunbae tampak tengah menghapalkan sebuah gerakan rumit yang membuatku ngeri.

Aku melakukan pemanasan bersama Taemin, seorang juniorku yang sangat baik. Kemapuannya luar biasa, Hyukjae-sunbae begitu kagum pada anak ini. Ia tengah menarik tubuhku meregang, punggung kami menempel satu sama lain.

“ Noona, sepertinya kau tambah kurus saja...” komentarnya saat kami melepaskan diri dari kaitan tangan masing-masing.
“ Ah, jincha?” Tanyaku tak percaya.
“ Sungguh,” jawab Taemin polos.
“ Kau bisa saja Tae,” aku lalu mengacak rambut jamurnya dengan lembut.

Kami tertawa bersama. Wajahnya yang polos membuatku senang bersama Si Kecil ini. Tiba-tiba sesuatu mengenai kepalaku, rasanya seperti biji kacang polong besar. Aku memegang kepalaku, lalu berbalik dengan kesal.

Benar saja, bocah itu lagi, “ yah,” seruku, “ apa maumu?”

Pemuda berwajah jahil itu menunjukkan ekspresi menyebalkan. Ia melipat tangannya di dada saat aku berkacak pinggang seolah menantangnya.

“ Apa?” Tanyanya dengan suaranya yang dalam, “ aku hanya menyadarkanmu bahwa Taemin tidak serius mengatakannya.”
“ Haish, lalu kenapa? Apa masalahmu?”
“ Masalahku? Hm, apa ya?” Katanya santai.
“ Kau ini,” gerutuku.

Hyukjae-sunbae menepuk tangannya tanda kami harus menghentikan perdebatan dan memperhatikannya. Aku mendesis ke arah orang menyebalkan itu.
“ Oke, Hyejin dan Hyungjoon berhentilah membuang waktu pemanasan kalian...” ujar pelatihku itu, “ telebih lagi kau Joon, kau master B-boy, jangan sampai kepalamu patah saat melakukan pertunjukkan nanti.”

Aku terkekeh. Sementara orang yang diajak bicara oleh Sunbae hanya menggaruk tengkuknya. Malu.

Kami melakukan latihan dengan bersemangat. Aku berpasangan dengan Taemin. Kami menarikan setiap lagu dengan gerakan yang telah dilatih beberapa hari terakhir ini bersama Hyukjae-sunbae. Bocah menyebalkan itu melakukan gerakan mengagumkan dengan memainkan kakinya yang panjang. Mau tidak mau aku melihatnya dengan terperangah. Tapi segera kukesampingkan saat menyadari gerakanku mulai kacau dan menyulitkan Taemin. Aku meminta maaf padanya.

Taemin berjalan di sampingku ketika kami pulang saat latihan berakhir. Ia tampak letih, dan aku membagi isotonik untuknya.

“ Noona, lebih baik kau berbaikan saja dengan Joon-hyung,” ucapnya.
Aku tersedak, “ berbaikan? Oh, tidak Tae...”
“ Berbaikan? Tidak mungkin...” jawabanku disambung oleh seseorang yang baru saja berbelok dari arah lorong kamar mandi di samping Taemin, Hyungjoon.

Ia memang tak berbicara pada kami, ia sedang berjalan berdampingan dengan Hyukjae-sunbae. Aku mendengus. Hyungjoon berpura-pura menatap langit-langit. Dan Taemin menghela napas.

“ Sudah mau pulang Hyejin-ah?” Tanya Hyukjae-sunbae dengan kaku, sangat jelas mengalihkan obrolan.

“ Ya,” jawabku, “ kami duluan Sunbae,” aku dan Taemin membungkuk bersamaan dan berlalu meninggalkan mereka berdua yang dapat kupastikan akan melanjutkan diskusi mereka yang menyebalkan.

***

(Author’s Point Of View: Hyemee’s side)

Han Hyemee mengucapkan terimakasih pada paman penjual bulgogi di dekat tempat kerjanya. Ia kemudian menuju halte dan menaiki bus pertama yang berhenti di depannya. Ia dapat merasakan hawa hangat bulgogi dalam kantung di tangannya. Syalnya menutupi leher dan menghangatkannya. Sepanjang perjalanan membayangkan wajah adiknya akan berbinar mengetahui makan malam kali ini adalah bulgogi yang masih hangat.

Bus mengerem di pemberhentian pertama dan Hyemee turun di sana. Salah satu lengannya ia masukkan ke dalam saku mantel untuk mencegah udara dingin mengenai tangannya, dan sebelah yang lain ia gunakan menenteng kantung makanan. Ia berjalan pelan di sepanjang trotoar depan deretan toko kelontong dan kedai soju. Tawa para ahjussi membahana dari beberapa kedai. Membuat gadis 23 tahun itu berjengit, ngeri.

Belum apa-apa sampai dia melewati pub besar di sana, menguatkan langkahnya, namun ia cukup tenang. Cukup lama tinggal di daerah itu membuatnya dikenal oleh para satpam pub, sehingga Hyemee tidak merasa risih melewatinya.

Hyemee merapatkan mantelnya, karena udara makin terasa dingin dan memadat. Ia merasakan perasaan tak enak saat melewati sebuah celah pemisah dua buah bangunan tua yang gelap di dekat rumah kontrakannya itu. Samar-samar ia dapat mendengar suara rintihan seseorang dari dalam sana. Gadis itu memberanikan diri mendekati tempat itu, aroma debu basah dan barang bekas memenuhi tempat itu. Hyemee meraba sakunya mencari ponsel untuk sekedar memberikan sedikit cahaya di sana.

Hyemee menekan tombol ponselnya dan mengarahkan ke arah dalam tempat itu. Detik itulah hatinya mencelos. Sesosok tubuh laki-laki terlentang di dekat tong sampah di sana. Hyemee nyaris berteriak, namun dengan sekuat tenaga menutup mulutnya sendiri dengan tangan. Ia mendekati tubuh itu dan berlutut memeriksa apakah orang itu masih bernapas. Iya, masih hidup.

Hyemee yang panik memasukkan makanan yang tadinya di tentengnya ke dalam tas kerjanya. Kali ini berkonsentrasi pada sosok itu. Terdapat luka di kening kanan orang itu, namun darahnya mengalir di sepanjang pipi. Bajunya sudah sedikit sobek di beberapa tempat. Dan bercak darah di kemeja orang itu nampak mengerikan. Hyemee mengambil tindakan cepat, ia berusaha mengangkat tubuh lemas itu. Mengaitkan lengan panjang orang itu di bahunya dan berdiri sekuat tenaga.

“ Kumohon, bergeraklah sedikit saja,” bisik Hyemee.

Tubuh itu bereaksi. Setidaknya orang itu masih bisa bergerak sedikit, dan Hyemee berhasil mengangkatnya setelah berjuang beberapa menit. Dengan langkah terseok-seok Hyemee menopang tubuh itu menuju rumahnya yang hanya berjarak beberapa meter lagi. Keadaan sudah mulai sepi dan gelap. Dan untuk pertama kalinya Hyemee bersyukur karena hal itu, tak ada yang akan melihatnya memapah tubuh asing yang lunglai itu.

Ia mengetuk pintu rumahnya, berharap Hyejin segera membukanya. Benar saja, sang adik yang tadinya tersenyum bersemangat berubah suram melihat kakaknya yang tampil mengejutkan dengan sesosok tubuh asing di depan pintu.

“ O, O, Onnie!!” Seru Hyejin yang terkejut.

“ Hyejin-ah, bantu aku,” kata Hyemee yang tampak kacau, kacamatanya miring.

Hyejin segera bereaksi. Ikut mengaitkan lengan orang itu di bahunya, lalu menyeretnya masuk. Dengan susah payah kedua gadis itu menopang tubuh tinggi besar itu menuju kamar Hyemee, lalu membaringkannya dengan hati-hati.
Hyemee mengerang sesaat setelah meluruskan posisi tubuh itu. Hyejin menatap kakaknya seolah kakaknya sudah gila.

“ Onnie, siapa orang ini?” Tanya Hyejin dengan tatapan menyelidik.

“ Aku tak tahu,” jawab Hyemee seraya duduk di samping tubuh itu, “ aku menemukannya di dekat bekas toko Sooman-ahjussi, karena itu aku membawanya pulang.”

“ Astaga Onnie, kau sudah gila ya?” Tanya Hyejin frustasi, “ bagaimana kalau orang ini penjahat, lalu kita membawanya ke sini dan polisi menangkap kita, karena kita dianggap komplotannya, dan...”

“ Ssshhh!” Hyemee meletakkan telunjuknya di bibir, “ aku tak memikirkan sampai sejauh itu sih, tapi, yahh, lebih baik kau bantu aku mengobatinya.”

Hyejin mengerang karena jawaban Sang Kakak, namun secara otomatis menuruti perintah kakaknya itu. Ia mengambil kotak P3K dan semangkuk air hangat lengkap dengan kain kompres saat ia kembali.

***

Hyemee meletakkan bubur hangat di meja dekat ranjangnya, sementara orang asing yang dibawanya semalam masih tertidur. Ia dan adiknya telah memperban setiap luka di tubuh orang itu, mengelap bagian-bagian yang kotor, dan dengan canggung mengganti baju orang itu dengan salah satu jumper berukuran paling besar yang ia miliki. Hyejin lah yang mencuci pakaian pria itu.

Hyemee tersentak ketika tiba-tiba tubuh itu bergerak. Secara perlahan Hyemee menjauh, membiarkan pria itu sadar. Hyemee cemas bukan main membayangkan kemungkinan kebenaran kata-kata Hyejin semalam. Mengapa ia begitu bodoh?

Dengan gerakan spontan dan mengejutkan, pria itu bangun dan mengerang di saat bersamaan karena merasakan luka di lengan kirinya dan lebam di ulu hatinya. Hyemee panik. Ia menempelkan punggungnya dengan erat ke tembok.

Orang itu mengerjapkan mata dan menatap sekeliling. Tatapannya melewati Hyemee namun segera kembali ke gadis itu. Sama-sama terkejut.

“ Kau? Siapa kau? Di mana aku?” Tanya orang itu.

Hyemee menjawab dengan terbata, “ a, aku menemukanmu di gang kecil dekat rumahku, dan ini rumahku.”

Orang itu memijat hidung, sepertinya mengingat sesuatu, sesuatu yang terjadi semalam.

“ Hhhh, miah hamnida merepotkanmu Nona,” katanya kemudian.

“ Aku, namaku Hyemee, Han Hyemee, maafkan aku juga telah lancang membawamu kemari...”

Orang itu tersenyum. Kemudian mengalihkan pandangannya pada Hyemee, membuat gadis itu sedikit mengikis rasa takutnya sendiri.

“ Perkenalkan,” kata pemuda itu mengulurkan lengan kanannya dengan susah payah, “ aku Hyunjoong, Kim Hyunjoong!”

Hyemee meraih tangan itu hati-hati. Lalu menggenggamnya dengan pelan. Tangan itu hangat. Namun Hyemee melepaskan tangan itu segera. Ia sudah menyadarinya sejak semalam, ketika membersihkan luka pemuda itu, orang ini sangat tampan, dan itu juga disetujui Hyejin yang tadinya paranoid.

Pemuda itu—Hyunjoong, melihat sekeliling dan memperhatikan tubuhnya sendiri. Sebuah jumper merah muda membungkus tubuhnya. Ia mengernyit ngeri melihat warna itu menempel ditubuhnya. Ia memandang Hyemee yang masih berdiri canggung. Hyunjoong berkata dalam hati.

Astaga, Taerin pasti membunuhku kalau melihat aku mengenakan pakaian ini dan mungkin aku tak tahu terimakasih, tapi sungguh, selera gadis ini sangat buruk.

***

================================

I welcome you guys for comments and sign kekekekeke
have a nice weekend :D
Good luck for whoever have exams this week ^o^9

No comments: